Blog

Bali

0

Bali, pulau yang memikat hati, terkenal dengan keindahan alam, pantainya yang eksotis, dan budayanya yang unik. Berikut beberapa tempat wisata di Bali yang tak boleh dilewatkan:

  1. Bukit Campuhan: Perbukitan hijau dengan pemandangan persawahan dan lembah yang romantis dan eksotis. Di sini, Anda bisa jogging, trekking, dan mengambil foto indah.
  2. Pantai Pandawa: Pantai berpasir putih dengan hamparan garis pantai yang landai. Cocok untuk berenang, bermain kano, dan bersantai.
  3. Waterbom Bali: Taman air terbaik di Asia dengan wahana-wahana seru dan pemandangan tropis yang mempesona.
  4. Garuda Wisnu Kencana (GWK): Taman budaya dengan patung raksasa Garuda Wisnu Kencana yang mengesankan.

Penghargaan PWI Pusat

0

Cibubur

0

Spending at evening with friends at Christine Hakim house. She is a renowned actress and film producer from Indonesia. She was born on December 25th, 1956, and grew up in a family with strong artistic roots, as her father was a playwright and actor.

Throughout her career, Christine has received widespread recognition for her outstanding performances in numerous films, including “Cinta Pertama” (1973), “Special Treatment” (1980), and “Daun di Atas Bantal” (1998), among others. She has won several awards both domestically and internationally, including Best Actress at the 2004 Asia-Pacific Film Festival.

In addition to her acting career, Christine is also involved in various humanitarian and educational initiatives. She co-founded the Jakarta Arts Council in 1998, and in 2012 she established the Christine Hakim Foundation which focuses on promoting education and improving the lives of underprivileged children and women.

Overall, Christine Hakim is a highly respected figure not just in the Indonesian film industry, but also in the wider community for her contributions to social causes.

Cibubur

0

Rabu, 11 Februari 2009.

Udara Cibubur yang sejuk menyambut kami. Setelah melewati gerbang kayu berbentuk gapura yang rimbun diselimuti tanaman merambat, kami memasuki sebuah kompleks hunian (compound) yang terasa sunyi dan damai. Ini bukan rumah biasa; arsitektur terbukanya terbagi dalam beberapa bangunan unik yang mengelilingi sebuah halaman utama. Tepat di tengah compound itu, terhampar kolam renang jernih yang memancarkan keteduhan, menjadi jantung dari kediaman Christine Hakim, tempat kumpul hangat para sahabat lama.


Di Warung Sisi Kolam

Ini bukanlah pertemuan resmi, melainkan kumpul-kumpul akrab. Kami, rombongan MPKAS—saya, ET Hadi Saputra, Nofrins Napilus, Maelani Mairisa, Nanang Asfarinal, dan Johan Backir—disambut dengan pelukan hangat oleh Uni Christine Hakim. Di sana, sahabat karib Uni Christine, Ricky Avenzora (Dosen IPB), sudah lebih dulu tiba, santai mengobrol dengan Uni Christine dan Oma.

Kami tidak diarahkan ke rumah utama, melainkan menuju ke sebuah bangunan unik di sisi kolam renang—salah satu bangunan di dalam compound tersebut. Bangunan itu, yang didesain mirip warung dengan sentuhan kayu dan suasana terbuka, terasa begitu akrab dan nyaman. Saking miripnya warung, di sudutnya bahkan tampak sebuah kotak kerupuk besar—sebuah detail yang langsung memecah tawa kami.

Oma, dengan kehangatan khasnya, segera menunjukan kepada kami hidangan siang: perpaduan Gudeg Krecek dari Yogyakarta dan aneka makanan minang lengkap juga khas Ranah Minang.

“Makan di sini memang paling enak,” kata Uni Christine, tertawa. “Tempatnya santai, jadi obrolan pun mengalir lancar. Silakan, jangan sungkan! Anggap saja warung sendiri.” Sambil meraih korek dari meja dihapannya.

Mengenang Perjuangan Mak Itam

Di tengah suasana akrab itu, obrolan pun bergeser dari kenangan lama ke proyek yang kini menyatukan semangat kami: upaya menghidupkan kembali lokomotif uap legendaris.

“Bagaimana kabar Mak Itam kita yang sudah sampai di Sawahlunto?” tanya Ricky Avenzora.

Nofrins Napilus menjawab antusias. “Aman! Setelah perjuangan panjang menjemputnya dari Ambarawa, lokomotif E1060 itu kini sudah berada di Sawahlunto. Kami berdua—saya dan Hadi—benar-benar lega.”

Saya, ET Hadi Saputra, menambahkan. “Targetnya, Uni, Mak Itam bisa segera diresmikan operasionalnya bersamaan dengan Museum Kereta Api Sawahlunto. Dia harus kembali meraung dengan roda gigi khasnya, melintasi jalur menantang di tepi Danau Singkarak.”

Maelani, Nanang, dan Johan ikut berbagi cerita lucu dan heroik selama proses pemindahan lokomotif. Uni Christine, sebagai sahabat dan aktivis budaya, mendengarkan dengan penuh bangga.

“Kalian tidak hanya mengurus kereta api, kalian mengurus memori bangsa,” puji Uni Christine. “Ini adalah perjuangan nyata. Tanggalnya sudah ditentukan bukna? Saya, Oma dan Opa akan ikut ke Sumatera. Saya pastikan Opa akan melihat Mak Itam beraksi kembali di kampung halamna beliau.”


Kehangatan dan Janji Dukungan

Sore menjelang, diakhiri dengan hidangan penutup Pisang Goreng dan Spagheti yang disajikan Oma, perpisahan terasa hangat. Reuni di warung sisi kolam Uni Christine hari itu adalah penegasan kembali ikatan persahabatan yang kuat, di mana dukungan tulus diberikan tanpa perlu formalitas.

Kami meninggalkan Cibubur dengan semangat baru. Di rumah seorang legenda, di tengah kehangatan sahabat, perjuangan Mak Itam mendapatkan restu yang paling berharga.

Temu Saudagar Minang di Padang

0

Pada tahun 2007, lebih dari 700 pengusaha Minang dari seluruh dunia berkumpul di Kota Padang untuk acara Silaturahmi Saudagar Minang. Pertemuan ini bertujuan untuk memperkuat bisnis orang Minang dan memajukan pendidikan serta perjuangan kemerdekaan. Acara ini menjadi momen berharga bagi komunitas pedagang Minangkabau yang tersebar di berbagai negara.

Jam Gadang at Night

0

Standing beneath the illuminated face of Jam Gadang at night, a wave of nostalgia washed over me. After 28 years away, I was finally home in the city of my birth. Gazing at this familiar landmark, a flood of childhood and teenage memories came rushing back. It was a bittersweet reunion – the city had undeniably changed, yet its essence remained.

The intricate details of Jam Gadang’s architecture seemed even more striking against the night sky. A profound sense of gratitude swelled within me – gratitude for the chance to revisit my roots, to reconnect with the wonders that shaped my life. This experience, etched forever in my heart, is a treasure I will always hold dear.

Padang

0